AI Telah Berkembang Begitu Cepat Apalagi Di Bidang Teknologi, "Baru Baru Ini Ada Tempat Di Indonesia Sangat Indah Juga Nyata Yang Terlihat Seperti AI, Tapi Tempat Tempat di Indonesia Sulit Untuk Dipercaya"

Gambar
Di era kecerdasan buatan (AI), banyak gambar lanskap indah beredar di internet dan sering dianggap hasil rekayasa digital. Namun faktanya, Indonesia memiliki banyak tempat nyata yang keindahannya terlihat “tidak masuk akal” seperti buatan AI. Berikut beberapa lokasi asli di Indonesia yang sering disangka editan atau hasil kecerdasan buatan karena keunikannya. Danau Kelimutu Di Flores (Nusa Tenggara Timur) danau Kelimutu terkenal dengan tiga danau berwarna berbeda dalam satu kawah gunung api: biru, hijau, dan merah kecokelatan. Yang membuatnya terasa seperti gambar AI adalah warna danau yang bisa berubah ubah tergantung reaksi kimia alami di dalamnya. Keunikan tempat ini seperti : Tiga warna berbeda berdampingan. Perubahan warna alami tanpa rekayasa manusia. Pantai Pink Di Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur) pantai ini memiliki pasir berwarna merah muda alami akibat campuran pasir putih dan serpihan organisme laut berwarna merah. Warnanya lembut seperti filter AI, tapi sepenuhnya nyata. ...

Dalam Perkembangan Algoritma Juga Komunikasi Sosial "Manusia Harus Mempelajari Dunia AI Dari Smartwatch Atau Komunikasi Sosial"

 


Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) tidak lagi terbatas pada komputer dan ponsel pintar, tetapi kini telah melekat pada perangkat yang sangat dekat dengan tubuh manusia, seperti smartwatch. Jam tangan pintar bukan sekadar alat penunjuk waktu, melainkan telah menjadi media komunikasi sosial, pemantau kesehatan, asisten personal, sekaligus penghubung antara identitas manusia dan sistem algoritmik. Bagaimana mereka mempengaruhi komunikasi sosial manusia, serta bagaimana identitas manusia mulai dibentuk ulang dalam interaksi dengan AI.

Algoritma dalam Smartwatch Begini Cara Kerja Dasarnya

algoritma pada smartwatch bekerja dengan mengumpulkan, memproses, dan mempelajari data pengguna secara terus menerus. Data tersebut meliputi seperti :

Detak jantung

Pola tidur

Aktivitas fisik (langkah, olahraga, pergerakan)

Lokasi dan waktu

Pola komunikasi (notifikasi, respon cepat, kebiasaan membuka aplikasi)

Melalui machine learning, smartwatch membangun profil digital pengguna: kapan pengguna aktif, kapan lelah, kapan stres, kapan membutuhkan pengingat, bahkan kapan sebaiknya tidak diganggu. Dengan demikian, algoritma bukan hanya bersifat teknis, tetapi juga bersifat interpretatif. Mereka "menafsirkan" perilaku manusia ke dalam bentuk data.

Smartwatch sebagai Media Komunikasi Sosial

Smartwatch mengubah cara manusia berkomunikasi seperti :

Notifikasi instan membuat komunikasi menjadi lebih cepat, singkat, dan terus-menerus,

Respon sosial sering terjadi dalam bentuk simbol (emoji, getar, klik cepat),

Kehadiran sosial menjadi always connected tetapi tidak selalu deeply connected.

Komunikasi yang dahulu bersifat sadar dan intens kini menjadi fragmentaris dan otomatis. Jam tangan bergetar → pengguna melihat → merespon → selesai. Ini menciptakan budaya komunikasi mikro (micro-communication).

Identitas Digital Dari Manusia Sebagai Profil Algoritmik

dalam dunia AI, identitas manusia tidak hanya berupa nama, wajah, dan kepribadian, tetapi juga berupa misalkan :

Pola aktivitas,

Ritme biologis,

Preferensi perilaku,

Kebiasaan komunikasi.

Smartwatch membentuk identitas algoritmik, dari versi digital dari manusia yang digunakan sistem untuk memprediksi tindakan yang mengakibatkan manusia mulai melihat dirinya melalui data dari “Hari ini saya sehat karena grafik saya hijau”, “Saya kurang tidur karena grafik saya merah”. Identitas subjektif ("saya merasa") mulai bergeser menjadi identitas kuantitatif ("data saya menunjukkan").

Dampak Sosial dan Psikologis

Dampak positif yang di hadapi :

Meningkatkan kesadaran kesehatan,

Membantu pengaturan waktu dan produktivitas,

Membantu komunikasi cepat dalam situasi darurat.

Dampak negatif yang di hadapi :

Ketergantungan pada notifikasi dan validasi digital,

Kecemasan terhadap data (obsesi angka kesehatan),

Pengurangan refleksi diri non digital,

Privasi dan kontrol data menjadi isu besar.

manusia perlahan bernegosiasi dengan mesin tentang siapa dirinya: apakah saya lelah karena saya merasa lelah, atau karena jam saya mengatakan saya lelah?

Masa Depan Akan Koeksistensi Manusia dan Algoritma

kedepannya hubungan manusia dan smartwatch akan semakin intim. AI akan semakin mampu membaca emosi, stres, bahkan niat. Tantangannya bukan hanya teknologi, tetapi siapa yang mengontrol data, siapa yang menentukan makna, dan siapa yang memiliki identitas kita? Manusia tidak boleh menjadi sekadar objek data. Smartwatch seharusnya menjadi alat bantu refleksi, bukan alat definisi diri. Smartwatch dengan AI bukan sekadar perangkat teknologi, tetapi aktor sosial baru yang mempengaruhi cara manusia berkomunikasi, memahami diri, dan membangun identitas. Algoritma bukan netral. Mereka membawa nilai, asumsi, dan logika tertentu yang ikut membentuk realitas sosial kita. Oleh karena itu, mempelajari algoritma dalam smartwatch berarti mempelajari ulang hubungan manusia dengan teknologi, data, dan bahkan dengan dirinya sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Hutan Yang Pulih Sendiri Di Hutan Indonesia "Menjadi Sorotan Ilmuwan Untuk Mempelajari, Seperti Apa Yang Ilmuwan Pelajari Dari Hutan Indonesia Kembali Pulih Sendiri Yang Menakjubkan"

Kenapa UMP Jawa Barat Sama UMK Bekasi Sangat Berbeda, Mari Kita Pahami Dahulu. "Dari Pemahaman Yang Membedakan UMP Jawa Barat dan UMK Bekasi itu Mengapa Bisa Sampai Enam Juta Rupiah?"

Dunia Otomotif Banyak Yang Berebut Dalam Kemajuan Teknologi, Berbagai Desain Juga Inovasi Dalam Pasar Global Terutama Di Indonesia. "Baru Baru Ini Suzuki Akan Bersaing Dengan BYD M6 Dalam Mobil Listrik (Potensial MPV Listrik)"